Minggu, 21 Februari 2016

Jantung Hati Friska

“Iya ma.. Friska bentar lagi pulang kok. Daah mama..” tut..tut..tut..Friska menutup telepon dari mamanya. Mama Friska memang dari dulu begitu. Walaupun Friska sekarang sudah besar, mamanya tetap saja cerewet seperti itu. Maklum saja, Friska adalah anak tunggal. Friska segera saja melepas jas kerjanya dan bergegas untuk pulang. Tiba-tiba dia melihat kalender yang terpampang di sebelah gantungan jasnya. Ada sesuatu disana. Ingatannya kembali pada tujuh tahun yang lalu. “Aku dan kamu akan bertemu tujuh tahun lagi ditempat ini. Dan saat itu aku telah jadi dewasa, dan kita akan menikah” Kata-kata itu kembali terngiang dalam benak Friska. Selama ini sosok Dira telah menghilang. Tepatnya tiga hari lagi tujuh tahun sudah penantian panjang Friska. Tapi bagaimana pertemuan itu bisa terjadi, jika selama ini yang ada Friska tak pernah sedikit pun mengetahui dimana Dira berada. Hanya keajaiban yang bisa mempertemukan mereka kembali. Friska pun tak yakin jika Dira ingat janji mereka dulu. Sepanjang jalan Friska memikirkan hal itu. Dan akhirnya Friska memutuskan dia akan ketempat yang dulu disepakati oleh Dira dan Friska bertemu setelah tujuh tahun berpisah tepatnya Sabtu lusa. Keesokan harinya, Friska kembali kerumah sakit. Friska merupakan dokter spesialis penyakit jantung. Baru saja Friska tiba dirumah sakit, tenyata sudah ada seorang pasien yang hampir sekarat sedang menunggu penanganan segera dari dokter Friska. Perawat dirumah sakit pun memberi tau kan kepada Friska bahwa sang pasien sudah ada di ruang ICU. Betapa kagetnya Friska ketika menyadari bahwa orang yang sedang sekarat didepannya adalah orang yang selama ini dia tunggu kedatangannya. Setelah selesai memeriksa keadaan pasien, Friska menungguinya hingga sadar. Dia pun memandangi tubuh lemah sesosok didepannya. Friska tak kuasa menahan air matanya. “Dira, kenapa kamu begini? Kenapa kamu kembali dalam keadaan seperti ini?” Dira pun terbangun. Dengan lemah, terdengar suara dari Dira,”Friska, aku senang bertemu lagi sama kamu.” “Dira…apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu bisa sakit seperti ini? Kenapa kamu tidak pernah memberi kabar kepadaku dimana kamu berada?” tanya Friska beriringan dengan air matanya yang makin deras. “Maafkan aku Friska, selama ini aku tidak pernah memberi kabar padamu” “Gak apa-apa Dira, aku tau. Hari ini kamu kembali untukku kan?” Sebelum terjawab pertanyaan dari Friska Dira pingsan lagi. Namun hari itu sudah semakin sore, Dira tak kunjung sadar. Friska pun meninggalkan secarik kertas disamping tempat tidur Dira. “Dira, besok sore kita bertemu di taman favorit kita. Tempat kita dulu berjanji untuk kembali bertemu setelah tujuh tahun kita berpisah” –Friska- Sabtu sore, Friska bergegas menuju taman. Disana ia duduk disebuah bangku yang dulu sering kali dia dan Dira menghabiskan waktu berdua setelah pulang sekolah ditaman itu. Sudah hampir satu jam Friska menunggu kedatangan Dira. Berharap Dira akan datang dan memenuhi janjinya tujuh tahun lalu. Teringat saat itu Friska kelas 2 SMA dan Dira masih kelas 2 SMP. Dia tersenyum sendiri, mengapa saat itu dia mempercayai janji dari anak SMP yang bilang akan menikahinya tujuh tahun kemudian. Friska melirik jamnya lagi. Dia hampir putus asa. Mungkin benar kata teman-temannya dulu. Dia hanya dipermainkan oleh anak kecil. Dan bodohnya dia lebih percaya pada Dira. Saat itu juga, seorang dari belakang menutup mata Friska dari belakang. “Dira, apa-apaan sih kamu?” “Hehe..kok kamu tau sih kak kalau aku akan datang? Udah lama ya nunggunya?” “Iya, udah sampai kering nih aku nunggu kamu disini. Kemana aja sih kamu?” Nada bicara Friska lagi ngambek. “Maaf tadi aku masih ada urusan sebentar. Oh ya Fris, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” “Mau ngomong apa Dir?” kata Friska langsung berbinar. “Sebentar lagi aku akan menikah dengan Clara, teman SMA ku di Amerika. Dan aku ingin kamu hadir dipernikahanku nanti” Kata Dira seraya menyerahkan undangan pernikahannya. Friska terbelalak tak percaya. Hatinya hancur mendengar kata-kata Dira. Orang yang selama ini dia cintai dan selalu dia tunggu kedatangannya ternyata kembali bukan untuk menikah dengan dirinya. Dengan perlahan Friska berkata ”Selamat ya Dira. Nanti aku pasti datang kok ke pernikahanmu. Oh iya, aku pergi dulu ya? Dari pihak rumah sakit menyuruhku segera kembali. Ada pasien yang perlu penanganku!” Tanpa menunggu jawaban Dira, Friska bergegas meninggalkan Dira. Tak terasa air mata berjatuhan dipipinya. Sudah 2 hari Friska mengurung diri dikamarnya. Dia tidak mau makan, dan tidak pergi kerumah sakit. Tiba-tiba dia menerima telpon dari rumah sakit. Ternyata ada pasien yang sangat memerlukan penanganannya. Pasien itu harus dioperasi hari itu juga. Dia pun memerlukan donor jantung yang cocok untuknya. Dengan cepat Friska menuju rumah sakit karena dia sadar itu adalah tugas dan kewajibannya sebagai seorang dokter. Sesampainya dirumah sakit, Friska sangat terpukul ketika mengetahui pasien itu adalah Dira. Orang yang sangat dia cintai dan sebentar lagi akan menikah dengan wanita lain sebagai pilihannya. Friska berupaya mencarikan donor jantung untuk orang yang selama ini dia impikan untuk menjadi pendampingnya. Namun tidak ada yang cocok. Friska tak punya pilihan lain. Hanya dia satu-satunya orang yang bergolongan darah sama dengan Dira. Dia pun memutuskan jantungnya akan diberikan kepada Dira. Operasi berjalan dengan lancar. Dira yang sudah selesai melewati masa kritisnya segera dipindahkan. Setelah 2 jam kemudian, Dira tersadar. Disekelilingnya ada Clara, mama dan papanya. Namun Dira tidak menemukan sosok Friska. “Ma, Friska kemana? Tadi kan dia yang memimpin operasi cangkok jantung ke tubuh Dira. Dira mau ngucapin terimakasih sama dia, Ma.” Mama Dira hanya menangis. Dira tak mengerti mengapa mamanya tidak menjawab pertannyaan itu. Berhari-hari Dira mencari Friska, namun semua tak ada yang mau memberitahukan dimana keberadaan Friska yang menghilang setelah Dira dioperasi. Akhirnya hari pernikahan Dira dan Clara tiba. Akad nikah akan segera dimulai. Tetapi Dira masih menunggu kedatangan Friska dihari bahagianya itu. Mamanya Friska datang dengan membawa sebuah kartu ucapan. Kartu itu dia berikan kepada Dira sambil meminta maaf karena Friska tidak bisa datang kepernikahannya. Untuk Dira, Selamat ya Dira. Hari ini adalah hari bahagiamu bersama Clara. Maaf aku gak bisa hadir dipernikahanmu. Yang aku bisa hanya menitipkan surat ini untuk diberikan kepadamu. Aku turut bahagia saat mendengar kamu akan menikah. Dan aku baru menyadari bahwa aku ditakdikkan bukan untuk menjadi pendampingmu. Sebenarnya aku tidak rela ini terjadi. Namun aku sudah cukup bahagia dengan semua yang aku miliki saat ini. Aku sudah pergi jauh saat kamu membaca surat ini. Tapi jangan khawatir, aku tetap ada bersamamu. Karena engkaulah jantung hatiku. Aku yang selalu menantimu, Friska Betapa kagetnya Dira. Dia tidak pernah menyangka akan terjadi seperti ini. Dia baru mengetahui, tenyata jantung yang ada dalam tubuhnya adalah jantung Friska. Orang yang selama ini setia menunggu kedatangannya. Semenjak itu kehidupan Dira dan Clara sangat bahagia. Walaupun terkadang Dira masih teringat Friska. Namun dia yakin, Friska disurga pun tersenyum bahagia melihat Dira yang hidup dengan jantungnya.

Runtuhnya Benteng Kesetiaan

Ristra, cewek cantik yang terkenal pintar namun badung dan suka buat sensasi di sekolahnya punya gank namanya De Pentagon yang terdiri dari 4 orang cewek dan 1 orang cowok. Anggotanya adalah Ristra, Yanti, Santi, Tyas, dan Andi. Yanti punya karakter pintar, suka baca buku, agak kuper dan mudah dibohongi. Santi, cewek tinggi yang selalu bingung dengan masalah jerawatnya namun itu tak mengurangi kepedeannya. Tyas orangnya rame, shoppaholic, tapi agak tulalit. Sedangkan Andi, cowok kalem yang selalu ingin tahu dan suka maksain kehendak. De Pentagon berarti bangun datar 5 sisi, dan dari setiap sisi punya warna dan karakter yang berbeda. Dengan perbedaan karakter itu, De Pentagon tetap saja kompak, selalu tersenyum dan selalu bersama. Mereka terbentuk karena tidak sengaja mereka yang notabene-nya tidak pernah satu kelas, mengikuti organisasi yang sama di sekolahnya. Dari situlah mereka kenal satu sama lain dan membentuk gank De Pentagon. ****** Pagi itu mentari bersinar dengan terang. Panasnya menyengat kulit siapa saja yang hari itu ikut upacara. Tak biasanya bagi Ristra yang selalu datang terlambat masuk lebih awal. Namun pagi itu dia sudah berdiri di depan teman - temannya untuk menjadi komandan upacara. Ristra yang punya tubuh kecil dan pendek tetap terlihat berwibawa dan tak kalah dengan teman – temannya yang laki – laki yang bertubuh tinggi tegap. Suaranya yang lantang mampu membuat semua tertib dalam mengikuti upacara sehingga tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Dengan sigap Tyo meraih tangan Ristra yang akan berlalu meninggalkan lapangan. “Ris, tunggu sebentar. Aku mau ngomong ma kamu.” “Ada apa, penting gak sih? Kalau gak penting besok aja. Aku gak ada waktu untuk ngomong basa – basi sama kamu.” “Penting banget. Aku udah lama kagum ma kamu. Walaupun kamu terkenal badung, aku gak peduli. Aku sayang ma kamu Ris. Mau nggak kamu jadi pacar aku?” Seketika Ristra yang kaget tak bisa berkata apa – apa. Dia pun terdiam beberapa saat. Tyo yang menunggu jawaban Ristra segera menggerak – gerakkan tangannya di depan wajah Ristra. “Hey, Ristra. Kok malah bengong sih? Kaget ya. Aku minta maaf, mungkin ini terlalu cepat bagimu.” Ristra pun tersadar dari lamunannya. “Hhmmmmm……maaf ya Tyo, aku belum bisa jawab sekarang. Beri aku waktu 3 hari untuk memikirkannya.” “Okelah tak apa, toh aku tetap akan terima semua keputusanmu. Aku gak akan maksain perasaanku ke kamu. Ya udah, yuk ke kelas.” Mereka berdua lalu menuju kelas bersama. Tak ada satu kata pun terucap dari bibir keduanya. Mereka bertanya – tanya sendiri dalam hati. Ristra bimbang dengan pernyataan cinta dari Tyo yang terucap dengan tiba – tiba sedangkan Tyo bingung dengan jawaban Ristra yang akan dia ketahui 3 hari lagi. Setelah melewati lorong ketiga, mereka pun berpisah karena kelas mereka tidak sejalur. Teng, teng, teng !! bel istirahat berbunyi. Disebuah kursi panjang di taman sekolah, duduklah Yanti, Santi, dan Tyas. Tak berapa lama muncul Andi yang tiba – tiba mengagetkan mereka bertiga. “Hay girls, udah lama ya? Sori deh agak telat.” sapa Andi yang datang dengan rasa tak bersalah. “Udah dari tadi, lama banget sih lu?” Santi mulai sewot “Iya nih, mana bos Ristra belum muncul juga. Kering lama – lama kita disini nungguin dia.” Tyas ikut – ikutan sewot dan segera meremas bungkus snack makanan ringannya. “Udahlah, kalian ini apa – apaan sih. Bentar lagi Ristra juga datang. Sabar dikit kenapa?” sahut Yanti kalem tanpa memalingkan wajah dari buku barunya. “Eh kalian pada tau nggak ada insiden apa tadi pagi?” Kata Andi. “Emang ada apa? Tikus terbang, siput berlari apa burung berenang?” Kata Tyas dengan gaya tidak peduli. “Aku tadi liat bos Ristra pengangan tangan sama si Tyo anak kelas 9D. Kayaknya ada sesuatu deh sama mereka berdua. Jangan – jangan mereka pacaran lagi. Terus bos Ristra pura – pura gak ada apa – apa di depan kita. Wah masalah besar ini, harus segera diusut.” Ucap Andi dengan berapi – api. “Ah lu jangan ngada – ada, Ndi. Mana mungkin bos Ristra mau sama Tyo yang secara bukan tipe dia sama sekali. Kalau pun mau, pasti dia datang ke kita dulu dan minta pendapat kita – kita. Lu tau kan bos Ristra belum pernah sekalipun pacaran.” Sela Santi dengan agak jutek. Tiba – tiba Ristra muncul dengan wajah kusut. Teman – temannya pun segera menanyai Ristra, kenapa dia terlihat lesu dan tak bersemangat. “Ada apa sih Ris? Muka ditekuk – tekuk gitu, kusut pula. Belum di setrika apa?” Tanya Yanti. “Iya nih bos Ristra, cerita dong ke kita – kita kalau sekarang udah punya pacar baru.” Kata Andi sok tau. “Kamu ngomong apaan sih, Ndi. Aku belum punya pacar tau.” Kata Ristra. “Tadi buktinya kamu pegangan tangan sama Tyo. Jangan coba ngehindar ya dari kita – kita” Nada Andi masih menyidik. “Hust……kamu ini, Ndi. Bisa diem bentar gak sih? Cowok kok cerewetnya minta ampun.” Kata Yanti. “Temen – temenku yang paling buaik sedunia dengerin aku mau cerita. Jadi gini, tadi pagi saat aku mau ke kelas, Tyo tiba – tiba suruh aku berhenti sebentar. Katanya ada yang mau dia omongin ke aku. Ya aku nurut aja. Eh, dia tiba – tiba pengang tangan aku. Trus dia bilang kalau dia sayang sama aku dan dia ingin aku jadi pacarnya. Ya aku suruh dia nunggu jawaban aku 3 hari lagi.” Ristra bercerita panjang kali lebar kali tinggi. “Oh gitu ceritanya. Trus gimana bos, lu mau jadi pacar cowok cungkring itu?” Tanya Santi. “Sebenarnya sih aku gak yakin ya dia bakal jadi pacar pertama aku. Soalnya jauh banget dari tipe aku. Dia malas belajar, suka tebar pesona, trus dia terkenal badung juga kayak aku. Tapi dia ganteng, baik, imut, dan yang paling penting dia bisa nyanyi buat aku. Hehehehehe.” Kata Ristra dengan hati berbunga – bunga. “Ya udah. Apa susahnya? Terima aja deh. Dia juga gak jelek – jelek amat sama kamu.” Tyas yang sejak tadi jutek mulai angkat bicara. “Oke deh. Tunggu aja jawaban aku 3 hari lagi.” Mereka pun bubar karena bel telah berteriak – teriak memanggil mereka untuk segera kembali ke kelas. ****** Hari ini tepat tiga hari pasca insiden katakan cinta yang dilakukan Tyo terhadap Ristra. Sebelumnya mereka telah janjian di taman sekolah setelah bel pulang sekolah hari ini berbunyi. Mereka pun duduk di tempat biasa De Pentagon nongkrong. Awalnya mereka berdua hanya diam tanpa kata dan bertaruh dengan hati mereka yang bergejolak. Jantung keduanya juga deg – degan tak karuan. Sehingga merasa segan untuk memulai pembicaraan siang itu. Dengan segala keberanian yang tersisa, akhirnya Ristra mulai mengeluarkan kata – kata dengan hati - hati. “Tyo, udah tiga hari aku mikirin permintaan kamu hari senin kemarin. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menjawab hari ini permintaan kamu itu.” “Trus gimana Ris? Mau gak kamu jadi pacar aku? Aku janji aku akan setia sama kamu.” “Aku……hmmm, aku mau jadi pacar kamu. Tapi aku mau kamu bener – bener setia sama aku.” Sambil setengah meloncat kegirangan Tyo berkata “Yess…yihui. Iya Ris aku janji sama kamu. Jadi mulai sekarang kita pacaran dong?” “Ehem” Ristra mengangguk pasti diiringi dengan senyumnya yang manis. Mulai saat itu, Tyo jadian sama Ristra. Hari – hari pun terasa begitu indah saat mereka bersama. Dan tak dipungkiri, Tyo menjadi pacar pertama Ristra. Setelah punya pacar, Ristra masih juga peduli sama teman – temannya. Mereka masih sering kumpul dan ngadain acara – acara yang menurut buku ketatanan remaja orang tua mereka gak penting banget. Walaupun tetap kumpul, Ristra selalu mengajak Tyo untuk bergabung dengan teman – temannya. Hal ini kadang membuat risi teman – temannya, karena saat mereka kumpul pasti hanya melihat Ristra berpacaran dengan Tyo. ****** Tanpa sepengetahuan Ristra, Tyo ternyata diam - diam memperhatikan Santi. Dia juga sering main mata dengan Santi. Mereka pun saling tukar nomor hp dan smsan maupun telpon – telponan tiap hari. Dari sinilah penghianatan itu dimulai. Bodohnya Ristra yang tak pernah tau pacarnya main belakang dengan sahabatnya sendiri. Di depan teman – teman Ristra yang lain, Tyo bersikap seolah tak ada apa – apa antara dia dan Santi. Suatu hari saat Ristra tak ikut kumpul acara mingguan De Pentagon, Yanti dan Tyas mengetahui bahwa Santi dan Tyo sering smsan, telpon – telponan bahkan tak jarang mereka jalan bareng. Yanti maupun Tyas tau dari sms di hp Santi yang saat itu meninggalkan hpnya begitu saja di ruang tamu saat dia ke dapur mengambil minuman. Mereka pun berniat menanyakan hal itu langsung sama si empunya hp. Santi yang muncul tiba – tiba melihat kedua sahabatnya berwajah tidak enak segera bertanya kepada mereka. “Yanti, Tyas, kenapa sih lu berdua. Aneh tau. Gak biasanya kalian gitu. Habis lihat pocong ya?” “Hmmm……gak kok San, ni tadi ada sesuatu yang mau ditanyakan sama Tyas.” Kata Yanti sambil menyenggol Tyas. “Anu……anu San, hp kamu kok bagus banget. Beli dimana?” Kata Tyas gugup. “Oh itu, belinya diluar negri waktu ibu aku jadi TKW di Hongkong. Kenapa? Pengen ya kamu Yas? Hehehe.” “Gini San, sebenernya aku sama Tyas mau tanya. Ada hubungan apa kamu dengan Tyo? Kok aku lihat sms kamu, kata – katanya mesra banget. Kamu gak jadi orang ketiga kan dalam hubungan Ristra dan Tyo?” Santi kaget bukan main. Bodohnya dia karena sms dari Tyo tadi malam belum dia hapus semua. Mampus deh gue! Kata Santi dalam hati. “Iya San. Kamu gak kasian apa sama Ristra? Dia udah kamu bohongi abis – abisan sama buaya darat itu. Seharusnya kamu bilang sama Ristra kalau Tyo itu brengsek.” Kata Tyas memojokkan Santi. “Oke, oke. Gue ngaku. Sebenarnya udah lama gue smsan, telpon – telponan bahkan sering kita jalan bareng. Awalnya gue pikir dia hanya ingin berteman sama gue. Tapi kemarin dia nembak gue, trus mau gue tolak gak jadi. Soalnya dia udah kasih ini itu buat gue. Gak enak gue sama kebaikan dia. Ya gue suruh dia nunggu seminggu lagi buat jawaban gue.” “Kamu gila apa San? Tega ya kamu makan temen sendiri. Gak nyangka aku punya temen selicik kamu. Kamu gak punya hati apa San? Gak mikirin gimana perasaan Ristra kalau dia tau kalau sahabatnya merebut pacarnya. Bener – bener gak habis pikir aku.” “Iya nih Santi. Trus gimana kalau Ristra tau. Dia pasti marah banget sama kamu.” “Gue mohon lu dan Tyas merahasiakan hal ini dari Ristra. Pliss!! Demi persahabatan kita. Gue mohon?!” Pinta Santi memelas. “Oke kalau itu mau kamu. Tapi jangan harap kita mau bantuin kamu jika Ristra tiba – tiba marah sama kamu. Yuk Yas kita pulang! Lama – lama bete aku disini.” Yanti dan Tyas pun meninggalkan Santi yang kini menangis sendiri menyesali kesalahannya selama ini. ****** Sore itu seperti biasa Tyo kerumah Ristra karena hari itu adalah malam minggu. Dirumah Ristra Tyo mendapat sambutan tak baik dari kedua orang tua Ristra, karena memang Ristra belum dibolehin pacaran. Saat Tyo ijin untuk kekamar kecil, Ristra berkesempatan membuka hp Tyo yang selama ini tidak pernah boleh dipinjam Ristra secara terang – terangan. Betapa kagetnya Ristra mengetahui bahwa selama ini Tyo sering smsan dengan Santi yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Dia pun menemukan sms ini: To: Santi Ntar malam kita jalan yuk! Mumpung gak ada acara ni aku. Tapi kamu jangan bilang2 sama Ristra ya. Cukup kita berdua aja yang tau, gimana? Mau kan sayang? Tak kalah mengagetkan, Ristra juga sempat membaca balasan dari Santi. From: Santi Ehmmm…gimana ya? Okelah. Apa sih yang gak buat kamu Tyo sayang. Darah Ristra berdesir. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Dia tak menyangka bahwa semua ini akan terjadi. Pacar dan sahabatnya sendiri telah menghianatinya. Ternyata dibalik kebaikan Tyo dan wajah manis Santi, menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga sebelumnya. Tak lama kemudian, Tyo kembali menemui Ristra yang masih shock dengan sms pacarnya. Tanpa menunggu lama Ristra langsung saja berkata. “Tyo, aku mau ngomong sama kamu. Tapi besuk saja. Kalau sekarang, aku gak bisa.” “Ada apa sih Ris? Ngomong aja, gak apa – apa kok.” “Udahlah, yang sabar aja.” ****** Keesokan harinya disekolah, Ristra telah menunggu Tyo dan Santi di taman sekolah. Setelah keduanya datang, tanpa babibu Ristra langsung saja marah – marah kepada Tyo dan Santi sambil menangis. “Santi, apa ini yang dinamakan sahabat. Kamu yang selama ini jadi tempat curhat aku tentang semua keluhanku terhadap Tyo, malah tega menusukku dari belakang. Apa ini cara membalas semua kebaikan aku padamu? Dan kamu Tyo, gak perlu ada penjelasan lagi. Mulai hari ini kita putus. Udah terlalu lama dan terlalu banyak kamu menyakitiku. Sekarang kamu tambah luka itu dengan kamu selingkuh dengan sahabatku sendiri. Aku sudah lelah dengan tingkah kalian berdua. Kalian bener – bener tega ya sama aku.” Seketika Santi terdiam. Bibirnya terkatup rapat. Begitu pula Tyo, tak ada satu kata pun keluar dari mulutnya. Kemudian Ristra yang masih emosi meneruskan kata – katanya. “Kenapa kalian diam? Hah, kenapa? Kalian kaget? Udahlah, kalau salah gak usah mungkir lagi. Aku dah tau semua kebusukan kalian. Dan yang jelas, ni aku kembalikan semua barang dari kamu. Semua surat, puisi, kado, kalung hati, dan lainnya aku kembalikan kepadamu. Trus didalam amplop itu juga ada uang buat ganti rugi semua uang kamu yang buat beliin aku pulsa, ntraktir aku, dan lain – lain. Semuanya sudah genap dan aku sudah tak punya hutang lagi sama kamu. Terima kasih buat semua dan terima kasih kamu telah menyadarkan aku arti kesetiaan selama ini.” Setelah menyerahkan semuanya, Ristra menuju kelasnya dengan menangis. Ia pun tak peduli berapa puluh pasang mata memandanginya dengan aneh. Sampai dikelas ia pun menangis sendiri merenungi kebodohannya selama ini telah mempercayai semua kata – kata sahabat dan pacarnya. Ia pun tak tau harus bagaimana lagi. Saat itu juga, Yanti, Tyas dan Andi mendekatinya dan menghiburnya. Akhirnya Ristra bisa menerima kenyataan dan memaafkan Santi. Santi tetap jadi temannya bersama anggota De Pentagon lainnya. Namun dari situlah Ristra mendapat pelajaran bahwa kesetiaan itu tidak akan nampak dimata, karena semua hal yang dilihat mata itu hanya kebohongan semata.